Saturday 1 October 2016

Karin "Awkarin" Novilda Di Persoalkan KPAI

Karin "Awkarin" Novilda (18) serta Anya Geraldine (20), dua pesohor media sosial yang tengah naik daun.

Dengan ratusan ribu pengikut di Instagram, tiap kiriman mereka dapat disambut puluhan ribu tanda suka. Kanal YouTube mereka juga semarak. Satu video blog (vlog) minimal telah dilihat ratusan ribu kali. Berbagai mencapai angka jutaan.

Popularitas pula yang berpotensi menjegal kedua gadis itu. Sebab punya pengikut yang tidak sedikit, keduanya dianggap mengangkat dampak negatif terhadap anak-anak. Tudingan itu datang dari KomisiProteksi  Anak Indo (KPAI).

KPAI mengaku menerima tidak sedikit laporan dari para orang tua, yang khawatir dengan penyebaran konten-konten milik Awkarin serta Anya. Sehubungan permasalahan ini, KPAI telah bersua dengan Kementerian Komunikasi serta Informatika.

"Hasil rapat dengan Kominfo berbagai waktu kemudian adalah mengindikasikan konten-konten itu ada unsur pidana," kata Ketua KPAI, Asrorun Niam Sholeh, dinukil Antara News, Kamis (22/9).

Kata Niam, dua gadis pesohor itu dapat dipidanakan sebab melanggar Undang-Undang No 11 Tahun 2008 mengenai Info serta Transaksi Elektronik (UU ITE), serta Undang-Undang No 44 Tahun 2008 mengenai Pornografi. Sayangnya, tidak ada keterangan terperinci ihwal pasal-pasal yang dilanggar.

Laporan KPAI ke Kominfo itu, ikut menimbulkan bacaan meperbuat sensor alias blokir terhadap konten Awkarin serta Anya.

Di segi lain, Menkominfo Rudiantara menolak berkomentar soal konten-konten kiriman Anya serta Awkarin. Dilansir detikcom (20/9), Rudiantara sekadar memberi tau pandangan pribadi, tidak dalam kapasitasnya sebagai menteri.

"Kalau dengan cara pribadi, bukan kedinasan ya, tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Indonesia. Itu betul (Anya Geraldine) belum menikah dia?" kata dia. "Di agama kan ada tata krama serta tata caranya, enggak dapat berlebihan. Saya belum lihat videonya, tapi dari segi kebudayaan serta agama wajibnya tidak semacam itu."
Butuhkah meperbuat sensor

Pernyataan Rudiantara itu merujuk pada vlog Anya, yang dikirim pada akhir Agustus. Vlog itu adalah dokumentasi liburan Anya serta pacarnya di Bali.

Bak pasangan yang sedang bulan madu, mereka menginap bersama di vila serta hotel nan mewah. Pun ada tidak sedikit pose intim dalam vlog itu. Mulai dari pelukan mesra, ciuman, sampai kemesraan di area kolam renang privat.

Versi panjang vlog (21 menit 14 detik) dapat dilihat di kanal YouTube milik Anya. Tetapi, versi pendeknya (kurang lebih 5 menit) saat ini tidak lagi terdapat untuk publik. Versi singkat itu dimaksudkan sebagai pancingan (teaser), serta terbukti memuat lebih tidak sedikit foto mesra.

Apa yang terekam dalam vlog Anya, tidak jauh beda dengan Awkarin. Sejak berbagai bulan lalu, nama Awkarin lebih dulu mengemuka, tergolong lewat video-video yang menyaapabilan laris intim bersama sang pacar. Dirinya juga acap kali memamerkan video pesta di kelab malam--berbagai diberikan di Snapchat. Lengkap dengan adegan meneguk minuman keras.

Sebagian netizen kerap memperpersoalankan pakaiannya yang konon seksi, sampai tutur katanya yang terdengar kasar. Walhasil, di Change.org, setidaknya ada empat petisi yang menyoal polah Awkarin.

Tetapi, remaja putri itu punya tutorial sendiri dalam menanggapi respons miring. Teranyar, Awkarin menghadirkan video musik berjudul BAD, bersama rapper Young Lex.

BAD seolah jawaban Awkarin terhadap para pembenci (haters). "I'm bad girl. Bila kau tidak sempat buat dosa silakan hina saya sepuasnya. Anda semua suci, saya penuh dosa," demikian penggalan liriknya.

Dalam suatu  wawancara denganWarta gar.id, Awkarin juga punya jawaban untuk para pembencinya. "Moral itu urusan manusia serta Tuhannya, bukan dengan para haters!"


Ihwal fenomena ini, komentar juga datang dari guru besar sosiologi Universitas Gadjah Mada, Prof Heru Nugroho. Menurut Heru, ada benturan antara pengaruh-pengaruh yang timbul di YouTube dengan norma-norma yang dipegang masyarakat.

Semacam dilansir detikcom, alih-alih menuntut sensor kepada para pesohor media sosial itu, Heru menyarankan orang tua untuk lebih proaktif berkomunikasi dengan anak-anak.

"Yang terjadi kemunafikan, minta disensor.Fenomena  semacam itu, gaya nasib global dari luar susah sekali dibendung. Kini tinggal di taraf keluarga bagaimana mau bendung? Komunikasi saat ini lebih tak sedikit pegang gadget, bukan komunikasi verbal face to face," ucap Heru.

Adapun Menkominfo Rudiantara juga mengaku kesusahan bila wajib meperbuat sensor alias blokir. "Ini kalau posting-an invidu, enggak dapat dipantau. Kami ini mempelototi semua, ada berapa juta orang Indo yang posting," kata Rudiantara, dikutip Liputan6.com.

Pun menyensor konten Anya serta Awkarin, tak menjamin fenomena ini bakal berakhir. Boleh sehingga bakal muncul, nama pesohor muda lain dengan bentuk-bentuk "keberanian" baru, yang mungkin juga siap disambut para penentangnya.

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon